Tuesday, February 28, 2012

Rendahnya hukum di Indonesia

JAKARTA- Inilah sebuah kisah tentang Nazaruddin dan SBY. Presiden SBY kaget melihat sikap M Nazaruddin yang berani menggertak dan mengancamnya terkait kasus korupsi yang menyangkut elite Partai Demokrat.
Dalam rapat Dewan Kehormatan Partai Demokrat di Cikeas, Nazaruddin secara langsung meminta agar dirinya tidak dijadikan korban dalam kasus wisma atlet SEA Games.
Mendengar permintaan Nazaruddin itu SBY langsung murka dan menggebrak meja, lalu SBY membentak dan memarahi Nazaruddin. "Saudara jangan mendikte, saya tidak bisa didikte!" tegas sumber INILAH.COM menirukan pernyataan SBY.
Kemudian, SBY menantang Nazaruddin untuk membongkar semua kasus itu di KPK. Sejurus kemudian, SBY meninggalkan ruangan dan menyatakan rapat Dewan Kehormatan ditutup.
Dikonfirmasi mengenai kisah ini, Amir enggan membuka kembali tabir peristiwa itu. "Saya tidak mau mengulangi cerita yang sudah lalu, sekarang kita ikuti saja proses hukum yang ada saat ini," terang Amir kepada INILAH.COM, Kamis (18/8/2011).
Sebelumnya, OC Kaligis mengatakan kliennya, M Nazaruddin, menitipkan pesan untuk Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
Isinya, Nazar bersedia tidak menyeret Partai Demokrat asal ada jaminan bahwa istri dia, Neneng Sri Wahyuni, tidak diseret ke meja hijau. "Jadi sampaikan kepada Pak SBY. Saya (korban, red) sendiri, saya tidak ngomong soal partai," kata Kaligis kembali mengutip Nazar.
Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat SBY menolak tegas tawaran 'damai' yang diajukan M Nazaruddin.
Dalam rapat Dewan Kehormatan Partai Demokrat di Cikeas, Nazaruddin secara langsung meminta agar dirinya tidak dijadikan korban dalam kasus wisma atlet SEA Games.
SBY menolak keras dan membentak Nazaruddin. Kemudian SBY menantang mantan politisi PPP itu untuk membeberkan kasus korupsi elite Demokrat ke KPK.
Nazaruddin yang tercengang melihat sikap tegas SBY kemudian meminta bantuan kepada Sekretaris Dewan Kehormatan Amir Syamsuddin yang ketika itu ikut dalam rapat.
Namun Amir setali tiga uang dengan SBY dan menyatakan Nazaruddin akan diberhentikan dari Partai Demokrat. Tak lama kemudian, Amir bersama Jero Wacik dan EE Mangindaan mengumumkan pemecatan Nazaruddin di kantor DPP Partai Demokrat.
Dikonfirmasi mengenai kisah ini, Amir enggan membuka kembali tabir peristiwa itu. "Saya tidak mau mengulangi cerita yang sudah lalu, sekarang kita ikuti saja proses hukum yang ada saat ini," terang Amir kepada INILAH.COM, Kamis (18/8/2011).
Sebelumnya, OC Kaligis mengatakan kliennya, M Nazaruddin, menitipkan pesan untuk Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.
Isinya, Nazar bersedia tidak menyeret Partai Demokrat asal ada jaminan bahwa istri dia, Neneng Sri Wahyuni, tidak diseret ke meja hijau. "Jadi sampaikan kepada Pak SBY. Saya (korban, red) sendiri, saya tidak ngomong soal partai," kata Kaligis kembali mengutip Nazar.

Nazaruddin berjanji tidak akan 'bernyanyi' lagi seperti yang pernah ia sampaikan melalui BlackBerry Messenger dan wawacara melalui Skype dengan Iwan Piliang. Baik itu mengenai kasus suap wisma atlet maupun tudingan-tudingan yang menyerang Demokrat.
"Saya nggak akan ngomong apa-apa, saya lupa semuanya. Saya tak tahu apa-apa. Saya ngaku salah," ujarnya usai diperiksa penyidik KPK di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (18/8/2011).
Ketika berada di luar negeri, Nazaruddin sempat menuding ada tiga anggota DPR yang kecipratan duit panas proyek tersebut. Di antaranya, Angelina Sondakh, Mirwan Amir dan I Wayan Koster. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa Anas Urbaningrum menikmati uang darinya saat Kongres Partai Demokrat di Bandung.
Nazaruddin berjanji tidak akan buka-bukaan soal kasus-kasus yang diduga melibatkan politisi Partai Demokrat dan politisi partai lain. Ia memohon kepada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak mengganggu istri dan anaknya.

"Saya minta Pak SBY tolong jangan ganggu anak dan istri saya," ujarnya.
Mendengar permintaan Nazaruddin itu SBY langsung murka dan menggebrak meja, lalu SBY membentak dan memarahi Nazaruddin. “Saudara jangan mendikte, saya tidak bisa didikte!”
Isinya, Nazar bersedia tidak menyeret Partai Demokrat asal ada jaminan bahwa istri dia, Neneng Sri Wahyuni, tidak diseret ke meja hijau. “Jadi sampaikan kepada Pak SBY. Saya (korban, red) sendiri, saya tidak ngomong soal partai,” kata Kaligis kembali mengutip Nazar

0 comments:

Post a Comment

thanks for your comment!! please come back again

Site Search